1. Catatan Kejahatan
Beranjak dewasa, Carl Panzram menjalani hidupnya dengan mencuri
apapun, mulai dari sepeda, hingga perahu pesiar yang membuatnya
berkali-kali ditangkap dan dipenjara. Saat berada di penjara, ia juga
tidak pernah berhenti membuat ulah dengan menyerang para penjaga dan
menolak perintah mereka.
Pada Agustus 1920, Panzram merampok rumah William Howard Taft yang
saat itu masih menjabat sebagai menteri perang dan belum menjadi
presiden Amerika Serikat. Dari rumah Taft, ia mencuri banyak perhiasan
serta pistol yang kemudian ia gunakan untuk melakukan pembunuhan membabi
buta.
Harta
yang ia dapatkan dari rumah Taft, ia gunakan untuk membeli sebuah yacht
dan menyewa 10 orang pelaut sebagai anak buah kapal. Carl membuat para
pelaut tersebut mabuk, memerkosa, dan membunuh mereka sebelum membuang
mayatnya ke laut. Ia baru berhenti ketika kapalnya mengalami kecelakaan
di dekat New Jersey.
Panzram kemudian menumpang sebuah perahu ke Afrika dan mendarat di
Luanda. Ia mengaku bahwa saat berada di sana, Carl memerkosa dan
membunuh seorang bocah laki-laki berusia sekitar 11 atau 12 tahun dan
tidak menyesal sedikitpun. Ia juga mengaku menyewa sebuah perahu dayung
dengan enam orang pendayung, menembak keenam pendayung tersebut,
kemudian melemparkan mereka ke buaya-buaya yang ada di sungai.
Rumah William Howard Taft juga pernah menjadi sasaran perampokan Carl Panzram [Image
Source]
Setelah
kembali ke Amerika, ia juga menegaskan bahwa dirinya memerkosa dan
membunuh dua anak kecil dengan memukuli salah satu anak dan mencekik
yang lainnya hingga keduanya tewas. Ia juga mengaku menembak seorang
pria yang berusaha merampoknya dengan pistol yang ia curi dari seorang
polisi. Ketika ia ditangkap untuk yang terakhir kalinya pada tahun 1928,
ia mengaku telah melakukan pembunuhan saat merampok sebuah rumah di
antara Baltimore dan Washington, D.C. dan membunuh dua orang anak
laki-laki di Philadelphia.
Selain beberapa pembunuhan ini, Carl juga sempat merencanakan ingin
membunuh seluruh penduduk kota dengan meracuni persediaan air dengan
menggunakan arsenic. Tidak hanya itu saja, ia juga berencana
menenggelamkan perahu perang Inggris di pelabuhan New York untuk
memprovokasi perang antara Inggris dan Amerika. Sungguh mengerikan!
2. Motif Kejahatan
Meskipun ada begitu banyak korban pria yang ia perkosa dan bunuh,
Carl Panzram bukanlah seorang homoseksual. Dalam otobiografinya, ia
menulis bahwa dirinya adalah pribadi yang selalu marah dan hampir selalu
memerkosa pria yang ia rampok bukan karena dirinya homoseksual, tapi
untuk menunjukkan dominasi dan memperlakukan para korbannya. Karena
tubuhnya yang begitu kuat, Carl dengan mudah mengalahkan kebanyak korban
pria yang ia temui.
Foto Mugshot Carl Panzram [Image
Source]
Secara
total, Carl Panzram mengaku telah melakukan 21 pembunuhan dan 1000
pemerkosaan anak laki-laki dan para pria diantara kejahatan lainnya.
Dalam biografinya, ia jujur dan terang-terangan mengakui semua
kejahatannya tanpa menyesal. “Untuk semua hal tersebut, sedikitpun aku
tidak menyesal. Aku benci semua umat manusia termasuk diriku sendiri,”
tulisnya dalam otobiografinya yang ia tulis di balik jeruji penjara.
Kehidupan Masa Kecil yang Mengerikan
Kebanyakan orang tidak akan menyangka ada sosok yang sekejam Carl
Panzram. Namun para kriminolog yang mempelajari tentang dirinya
menemukan bahwa sikap sadisnya ini berasal dari masa kecilnya. Carl
Panzram lahir pada tahun 1891 dan berasal dari keluarga miskin di
Minnesota. Ayahnya meninggalkan keluarganya ketika Carl masih berusia 8
tahun. Tanda-tanda kriminalitas terlihat saat ia berusia 12 tahun ketika
ia masuk ke rumah tetangganya dan mencuri beberapa kue, apel, dan
sebuah pistol.
Karena telah beberapa kali melakukan pencurian, pada Oktober 1903,
saat ia masih berusia 12 tahun, Carl Panzram dikirim ke Minnesota State
Training School, sebuah fasilitas koreksi untuk anak-anak bermasalah.
Saat berada di sekolah tersebut, ia terus menerus dipukuli, disiksa dan
diperkosa oleh staf sekolah tersebut. Saking parahnya sekolah tersebut
memperlakukan muridnya, anak-anak di sana menyebut sekolah tersebut
sebagai “The Painting House” karena anak-anak akan masuk seperti kanvas
kosong, tapi keluar dengan luka lebam dan darah di tubuhnya.
Minnesota State Training School [Image
Source]
Carl
Panzram begitu membenci sekolah ini sampai akhirnya ia memutuskan untuk
membakarnya. Ia berhasil melakukan hal tersebut tanpa terdeteksi. Suatu
ketika, ia juga berusaha melarikan diri dari sekolah tersebut, namun ia
diburu oleh para staf dan dipukuli karena tindakannya ini. Semua
perlakuan kejam yang ia terima hanya memperparah keadaannya.
Akhir tahun 1905, Carl Panzram dilepaskan dari sekolah tersebut. Di
masa remajanya, ia telah menjadi seorang pecandu alkohol dan terus
terlibat masalah dengan pihak berwajib. Ia kabur dari rumah di usia 14
tahun dan sering melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta. Ia
kemudian menceritakan bahwa dalam salah satu perjalanannya, ia diperkosa
ramai-ramai oleh sekelompok orang gelandangan dan menurutnya menjadi
seorang anak laki-laki yang semakin ‘sedih, sakit, tapi juga lebih
bijak’.
3. Kehidupan Semasa di Penjara
Tahun 1907 saat berusia 15 tahun setelah mabuk di sebuah bar di
Montana, Carl Panzram mendaftar menjadi tentara Amerika. Namun tidak
lama, ia selalu melawan perintah dan kemudian dituduh melakukan
pencurian yang membuatnya dipenjara pada tahun 1908 hingga 1910 di Fort
Leavenworth. Carl mengaku bahwa sedikit kebaikan yang tersisa pada
dirinya habis sama sekali setelah ia berada di penjara tersebut.
Oregon State Penitentiary [Image
Source]
Juni
1915, ia kembali dipenjara di Oregon State Penitentiary di Salem. Di
penjara tersebut, ia berada di bawah pengawasan sipir Harry Minto yang
percaya bahwa tahanan harus diperlakukan dengan keras seperti dipukuli
dan diletakan di ruangan isolasi. Carl Panzram menceritakan masa-masa ia
berada di sana dan bersumpah tidak akan menerima hukuman 7 tahun di
sana dan ia begitu membenci para sipir dan apa yang mereka lakukan
padanya.
Carl Panzram kemudian membantu teman tahanannya, Otto Hooker untuk
melepaskan diri dari penjara. Saat melarikan diri, Hooker membunuh
Minto. Carl Panzram menerima hukuman beberapa kali di Salem termasuk 61
hari ditahan di kurungan isolasi sebelum ia melarikan diri pada 18
September 1971. Sebagai buronan, ia terlibat dalam dua penembakan
sebelum ditangkap dan dikembalikan di penjara. 12 Mei 1918, ia
menggergaji jeruji penjara dan kabur lagi tanpa tertangkap. Ia mengubah
namanya menjadi John O’Leary dan mencukur kumisnya.
Penjara Leavenworth, tempat Carl Panzram tinggal hingga akhir hidupnya [Image
Source]
Tahun
1928, ia kembali ditangkap karena perampokan di Washington D.C. dan
tanpa dipaksa mengaku membunuh dua anak laki-laki. Dengan begitu banyak
kejahatan yang ia lakukan, ia dikirim ke penjara Leavenworth. Ia berkata
pada sipir, “Aku akan membunuh orang pertama yang menggangguku.” Karena
ancaman ini, ia ditugaskan pekerjaan di ruangan laundry sendirian.
Namun pada 20 Juni 1929, ia membunuh Robert Warnke, mandor ruang laundry
penjara dengan memukulinya menggunakan batang besi hingga tewas. Atas
pembunuhan ini, ia dituntut hukuman mati.
4. Berteman dengan Seorang Penjaga Penjara
Dalam masa tahanan sebelum ia dihukum mati, ia berkenalan dengan
seorang penjaga penjara bernama Henry Lesser. Penjaga penjara berusia 26
tahun tersebut merasa kasihan dengan Carl Panzram dan memberinya uang
untuk membeli makanan dan rokok. John Borowski yang menyutradarai film
dokumenter Carl Panzram menyebutkan bahwa belum pernah ada seorangpun
yang bersikap baik padanya sepanjang hidupnya. Hal inilah yang kemudian
membuat dua orang lelaki ini menjadi teman.
Henry Lesser, penjaga penjara yang akhirnya menjadi teman Carl Panzram [Image
Source]
Setiap
hari, Henry Lesser memberikan sebuah pensil dan beberapa lembar kertas
serta meyakinkan Carl Panzram untuk menuliskan kisah hidupnya. Ia
kemudian menulis kisah hidupnya secara mendetail beserta kejahatan dan
filosofi nihilistiknya. Nihilistik adalah doktrin filosofis bahwa tidak
ada aspek kehidupan yang berarti, dan bahwa hidup itu tidak ada arti,
tujuan, atau nilai intrinsik.
Biografi tersebut ditulis dengan kalimat yang tanpa basa-basi: “Dalam
kehidupanku aku telah membunuh 21 manusia, aku telah melakukan ribuan
perampokan, pencurian, pembakaran, dan, terakhir tapi bukan yang paling
akhir, aku telah melakukan sodomi kepada lebih dari 1000 orang pria.
Untuk semua hal ini sedikitpun aku tidak menyesal.”
5. Saat Hukuman Mati
Atas pembunuhan terhadap Robert Wanke dengan cara yang brutal di
dalam penjara, Carl Panzram dituntut dengan hukuman mati. Ia menerima
keputusan tersebut dan menolak untuk banding atas tuntutan tersebut. Ia
bahkan mengancam membunuh para aktivis HAM yang berusaha ikut campur
untuk membantunya dalam kasus tersebut. Setelah puluhan tahun menderita
kekerasan, ini adalah bentuk bunuh dirinya.
Carl Panzram akhirnya dihukum gantung atas kejahatannya [Image
Source]
Carl
Panzram dihukum gantung pada 5 September 1930. Ketika tali gantung
diletakkan di lehernya, ia meludahi wajah algojo dan berkata, “Aku harap
seluruh umat manusia cuma punya satu leher dan tanganku
mencengkeramnya!” Kemudian saat ditanya oleh algojo apakah ia memiliki
kata-kata terakhir, Carl Panzram justru membentak, “Ya, cepatlah! Aku
bisa membunuh sepuluh pria sementara kamu bersantai di sana!”
6. Killer: A Journal of Murder
Henry Lesser menyimpan surat-surat dan manuskrip biografi Carl
Panzram. Ia kemudian menghabiskan waktu 40 tahun mencari penerbit yang
mau mencetak materi tersebut. Namun pihak penerbitan merasa tidak nyaman
dengan manuskrip yang sangat gamblang tersebut. Barulah pada tahun
1970, manuskrip tersebut dicetak dengan judul ‘Killer: A Journal of
Murder’.
Joe Coleman yang melukis gambar untuk sampul buku tersebut mengatakan
bahwa Carl Panzram sebenarnya adalah penulis yang cukup menakjubkan. Ia
terpesona dengan kecerdasan dan hal-hal menakjubkan yang seharusnya
bisa ia lakukan.
Poster film Killer A Journal of Murder [Image
Source]
Tahun
1996, buku tersebut menjadi dasar dibuatnya film dengan judul yang
sama. Kemudian pada tahun 2012, pembuat film John Borowski merilis
dokumenter berjudul ‘Carl Panzram: The Spirit of Hatred and Vengeance’.
John Borowski mengungkapkan bahwa selain membantu para kriminolog untuk
bisa memahami pemikiran pembunuh seperti Carl Panzram, otobiografi
tersebut juga bisa menjadi sebuah pelajaran.
“Ia berusaha mengajari generasi di masa depan untuk tidak menciptakan lebih banyak monster seperti dirinya.”
http://boombastis.com/2015/08/29/manusia-paling-kejam/
0 komentar:
Posting Komentar