Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth : Fakta atau Konspirasi ? Bagian 1 dan 2


Belakangan ini, netizen kembali dihebohkan dengan teori ‘Flat Earth’ alias teori yang menegaskan bahwa bumi itu datar seperti piring.

Sebenarnya, ini bukanlah hal yang baru, teori ini diangkat sejak lama oleh Flat Earth Society, sebuah organisasi yang memiliki keyakinan bahwa bumi berbentuk datar, bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat.

Organisasi modernnya didirikan oleh seorang pria asal Inggris, Samuel Shenton pada 1956, dan kemudian dipimpin oleh Charles K. Johnson, yang menjadikan rumahnya di Lancaster, California, sebagai basis organisasi.

Entah mengapa, teori ini kembali diperbincangkan oleh publik Indonesia (termasuk aktivis Islamnya) melalui forum-forum di dunia maya. Bahkan, video-video konspirasi bumi datar yang diunggah di Youtube jadi pembicaraan hangat di media sosial.

Tak tanggung-tanggung, pendukung teori Flat Earth menyuguhkan 10 argumen yang kesannya ilmiah untuk meyakinkan orang bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Alih-alih menyajikan eksperimen ilmiah, serial video tersebut malah kebanyakan menyuplik sumber dari google dan potongan adegan film yang mendukung teori konspirasi.

Untuk mendudukkan masalah ini, Kiblat.net akan menyajikan bantahan ilmiah terhadap teori Flat Earth yang ditulis oleh Muhammad Mahfuzh Huda, yang sedang menempuh gelar Master di bidang studi Simulasi Molekular (Kimia) di Okayama University, Jepang.

Tulisan ini diambil dari blog pribadi yang dikelolanya di alamat mystupidtheory.com dengan seizin dan sepengetahuan yang bersangkutan. Selamat membaca!!

Flat Earth ialah sebuah teori konspirasi yang digagas dengan serius dan cukup cerdas!
Ketika tahun 2015 yang lalu gerakan ini kembali muncul di Amerika, seorang saintis Neil de Grease Tyson langsung maju dan menjelaskan (pada sebuah reality show). Kebetulan aku nonton di Youtube, dan dia mengatakan bahwasanya pemahaman ini tidaklah berdasar.

Tulisan ini merupakan respon dari video pertama berikut ini:

Flat Eart Bagian I

Foto Bumi Bulat ialah Rekayasa CGI

Kalau kalian mencari gambar bumi di google, maka semua gambar bumi berbentuk bulat ialah CGI (computer generated imaginary/buatan komputer). Ini benar, bahkan semua foto bumi bulat yang dipublikasikan NASA juga CGI.
Tapi, darimana gambar CGI ini dibuat? Ternyata gambar-gambar CGI ini dibuat dari fotografi satelit NASA. Jadi gambar CGI ini dibuat berdasarkan sekumpulan gambar-gambar yang diperoleh oleh satelit luar angkasa yang dimiliki NASA yang kemudian digabungkan menjadi satu.
Kenapa perlu menggabungkan banyak foto untuk jadi satu foto bumi bulat? Karena bumi berukuran sangat besar dan satelit yang ada tidak cukup jauh untuk mengambil gambar satu bumi penuh (bumi bulat).
Misalkan saja kalian ingin memotret foto rumah, tetapi posisi kalian hanya satu meter di depan rumah, apa kalian bisa mengambil foto rumah kalian secara penuh? Tentu saja tidak, sekarang permasalahannya, kalian tidak bisa mundur, hanya bisa mengitari dalam jarak satu meter itu saja, bagaimana cara agar bisa dapat seluruh gambar rumah? Tentu saja dengan mengambil banyak foto dan kemudian menggabungkannya.
Buktinya NASA menampilkan potongan gambar bumi ini di homepage-nya:
Foto bumi Langsung


Ini adalah bagian dari bumi yang dipotret oleh salah satu satelit nasa. Terlihat di sini kalau ada lengkungan di bagian pinggiran bumi.

Banyak Satelit di Angkasa

Setidaknya ada 1.381 satelit di angkasa. Tidak semua foto satelit ini merupakan CGI, kalian bisa cari sendiri foto real satelit. Tetapi tetap saja kalau sudah nggak percaya akan susah urusannya. Di video dikatakan bahwa angkasa luar penuh sesak dengan satelit. Mari kita lihat dengan perspektif yang lebih baik.

Satelite yang paling dekat dengan permukaan bumi disebut sebagai LEO (Low Earth Orbit) yang beredar di bumi pada ketinggian 160-2000 km. Jumlah satelit LEO ini sekitar 500 satelit. Jika melihat luas permukaan bumi (bulat), maka ada 500 satelit yang beroperasi di luasan 510,072,000 km2.
Jika kita bagikan ialah 510,072,000 km2 : 500= +-1.000.000 km2. Jadi hanya akan ada 1 satelit setiap 1.000.000 km2. Artinya menemukan sebuah satelit tidaklah semudah yang pembuat video ini katakan.
Walapun begitu, tetap masuk akal sekali kalau kita seharusnya bisa melihat satelit di langit dengan teleskop. Oleh karena itu ada orang yang membuktikannya, ini sebuah video dimana seseorang mengamati satelit menggunakan teleskop:
Pasti akan muncul pertanyaan seperti ini “teleskop bisa menampilkan gambar planet-planet lain, tetapi satelit yang dekat nggak bisa dilihat dengan jelas?”
Itu karena ukuran satelit memang sangat kecil jika dibandingkan dengan planet. Seperti venus misalnya, kita bisa mengamati bahkan dengan mata telanjang. Jadi wajar kalau teramati dengan lebih jelas menggunakan teleskop, sedangkan satelit ukurannya sangat-sangat kecil bila dibandingkan dengan planet.

Kesimpulan

Video konspirasi bumi datar episode pertama itu berisi informasi yang kurang lengkap. Karena hanya memuat informasi-informasi yang mendukung pendapat bahwa bumi itu tidaklah bulat.
Seperti diberitahukannya bahwa gambar bumi bulat merupakan gambar CGI dari NASA, tetapi tidak pernah diberitahukan bagaimana gambar itu dibuat. (Sebagian besar orang akan mengira NASA 100% mengarang foto bumi tersebut).
Dipaparkan informasi kalau tidak pernah ada orang yang melihat satelite dari teleskop. Tetapi tidak pernah diberitahukan seberapa kecil satelit tersebut jika dibandingkan dengan bulan ataupun planet-planet di tata surya kita.
Fakta bahwa satelit berukuran sangat kecil jika dibandingkan planet, membuat kemungkinan satelit terlihat oleh teleskop sangatlah kecil, dan ini hal yang wajar.


Pembantaian Sains dan Logika (Bag.2)


Lanjutan dari ulasan tentang Teori Bumi Datar #part1, kali ini ialah flat earth theory – pembantaian sains dan logika. Tulisan kali ini merupakan kritikan informasi tambahan dari video kedua dari channel Flat Earth 101, yang bisa diakses di sini:


Tidak Menggunakan GPS atau Tidak Menggunakan Satelit?

Isu kontroversial pertama dari video serial kedua ini ialah pernyataan bahwasannya GPS tidak menggunakan satelit. Kemudian ditampilkan di video pernyataan dari Google bahwa akses My location(beta) pada Google Map tidak menggunakan GPS, sehingga handphone hanya akan mengakses tower sinyal telepon saja.

Saat mendengar dua pernyataan ini, sebenarnya ada yang aneh. Kenapa? Karena pernyataan pertama ialah “GPS tidak memerlukan satelit” artinya, GPS itu ada tetapi tidak menggunakan satelit. Berbeda sekali dengan pernyataan (yang katanya dari google) “My location tidak memerlukan GPS, sehingga mengakses tower” artinya, Google tidak menggunakan GPS, atau GPS tidak pernah ada. Tetapi pembuat video mengarahkan agar kita berpikir bahwa GPS tidak menggunakan satelit, makanya dia mengulang-ulang kata “tidak menggunakan satelit”.
Memang pernyataan-pernyataan ini di-setting sedemikian rupa untuk mengelabuhi pikiran penonton video.

Ini informasi pentingnya, video dari google yang dipotong itu ialah keterangan google tentang fitur My Location(beta) yang terdapat dalam Google Map. Jadi fitur My Location tidak menggunakan GPS dan hanya akan mengakses tower telepon. Tetapi penggunaan My Location hanyalah lokal saja, untuk menunjukkan alamat/lokasi ketika kita sedang berada di suatu wilayah. Bagaimana kalau kita memerlukan informasi tempat yang sangat jauh (non-lokal)?
Misalkan kalian hari ini akan jalan-jalan ke Jepang, sementara kalian nggak tahu lokasi mana yang akan kalian datangi itu? Maka yang kalian butuhkan ialah fitur seluruhnya dari Google Map karena kalian harus cek peta Jepang, nah apakah kalian bisa menggunakan tower terdekat? Jelas nggak bisa, karena ini bukan lagi cakupan yang lokal.

Google Map menggunakan GPS dan satelit. Google sendiri punya 180 satelit lebih di luar angkasa, ini untuk menunjang semua teknologi Google yang bisa kita nikmati saat ini. Dari satelit tersebut kita bisa mengakses Google Map dan Google Earth. Data navigasi dari satelit luar angkasa yang dimiliki google ini akan dikirimkan ke menara-menara kontrol di bumi, jadi menara kontrol di bumi ini fungsinya seperti tempat penyimpanan.

Kenapa disimpan di menara kontrol? agar kita dapat dengan cepat mengaksesnya, tanpa perlu mengakses satelit. Data seperti peta lokasi ini kemudian diupdate oleh google setiap seminggu atau dua minggu sekali (tergantung lokasi tempat terhadap satelite). Dalam membuat teknologi secanggih Google Map dengan presisi yang tinggi (untuk jalan-jalan dan gang) Google menggunakan banyak sekali teknologi, diantaranya; GPS, Satelit, drone bahkan mobil yang membawa kamera. Jadi jangan salah kaprah bahwa Google cuma butuh drone.

Asal Muasal Minyak Bumi

Ini salah satu pembahasan yang paling keren di video kedua ini menurutku. Karena sudah menjadi paham pakem dan bisa dikatakan doktrin bahwa minyak bumi itu berasal dari ‘Fossil’. Aku nggak nyangka kalau Flat Earth Theory juga akan membahasnya.

Karena ini sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia, maka ini menarik buatku. Yang pertama, terkait bukti bahwa memang fosil adalah benda padat dan minyak ialah benda cair. Ini bukti yang sangatlah lemah, karena memang di dalam bumi dengan tekanan temperatur yang sangat tinggi, fosil sekalipun akan bisa meleleh dengan mudah. 

Begitu pikirku, tapi pernyataan berikutnya yang membuat aku berpikir ulang. Bahwasanya fosil ditemukan pada kedalaman 2.3 kilometer sedangkan minyak ditemukan hingga kedalaman 10 kilometer. Nah, fakta ini membuat aku berpikir ulang dan mengkonfirmasi.

Kata fosil berasal dari bahasa inggris: fossil yang berarti; any remains, impression, or trace of a living thing of a former geologic age, as a skeleton, footprint, etc. (setiap sisa-sisa, jejak, atau peninggalan dari makhluk hidup dari zaman geologi, seperti kerangka, jejak kaki, dan lainnya.)

Maka yang dimaksud dengan fosil pada pengertian minyak bumi ialah semua jasad renik yang sudah mati ratusan tahun yang lalu. Pembuat video dengan cerdas menggambarkan dinosaurus pada videonya, agar pikiran kita hanya berpikir bahwa fosil itu dinosaurus, dan fosil dinosaurus itu adalah batu padatan dan ada di kedalaman 2.3 kilometer. Padahal yang dimaksudkan fosil pada pengertian minyak bumi, bukan hanya dinosaurus, tetapi semua organisme hidup (termasuk bakteri, lumut, ikan, dan semacamnya) yang telah mati ratusan atau jutaan tahun yang lalu.

Kalau sudah benar pemahaman kita tentang fosil maka bukan suatu yang aneh kalau minyak bumi berada di kedalaman 10 kilometer. Karena pada zaman dahulu banyak sekali makhluk di lautan, nah makhluk ini mati kemudian menjadi jasad renik dan membentuk minyak bumi, ini juga menjadi alasan yang kuat mengapa minyak bumi banyak ditemukan di lautan.
Tambang Minyak Bumi
Tambang Minyak Bumi Lebih Banyak di Lautan
Kebetulan risetku berlanjut tentang fosil ini. Ternyata teman-teman, ada dua pendapat yang berkembang tentang minyak bumi ini. Pendapat pertama ialah bahwa minyak bumi berasal dari fosil dan jasad renik. Ini dibuktikan dengan peristiwa pembusukan organik yang menghasilkan gas (butana, etana propana) yang sejenis dengan minyak bumi (khususnya gas), dan fakta bahwa minyak bumi kebanyakan berada di lautan (yang dahulunya memiliki banyak organisme).

Pendapat kedua ialah minyak bumi sudah ada bersama pembentukan bumi. Ini didasarkan pada fakta bahwa di planet-planet lain, gas-gas minyak bumi (butana, etana, propana, metana) juga ditemukan melapisi planet tersebut walaupun belum ditemukan adanya jejak kehidupan.

Terlepas dari lebih populernya pendapat pertama di kalangan para saintis. Tetapi yang pasti dari kedua pendapat ini, minyak bumi tetap merupakan sumber daya alam yang terbatas dan bisa habis. Jadi pernyataan di video bahwa minyak bumi ialah unlimited resource itu salah kaprah dan klaim tanpa logika.

Siapakah NASA?

Dalam sebuah diskusi sains, saintis yang tergabung di NASA, Neil De Grease Tyson, pernah mengatakan “Ironis sebenarnya, bahwa NASA dan Eksplorasi ke bulan, didanai oleh pemerintah AS karena kepentingan militer” Jadi ketika video 2 ini mengatakan bahwa NASA dibentuk untuk kepentingan politik, aku sudah tidak lagi heran.

Lagian apa ada sih yang mengira NASA itu badan eksplorasi dunia? No way! Singkatan dari NASA aja kan National Aeronautics and Space Administration, kalau udah ada kata national-nya maka pasti milik satu negara. Lagian NASA juga berdiri dari dana Amerika, tidak ada hubungannya dengan uang di Indonesia, apalagi kantong kita.

Kembali ke sejarah. Jadi NASA (1958) dan Eksplorasi ke bulan (1969) itu dilakukan sebenarnya bukan atas dasar eksplorasi, tetapi kepentingan politik dan militer. Eksplorasi ke bulan dilakukan Amerika untuk mengecek apakah langit sudah sudah dikuasai oleh Rusia atau belum? Karena Rusia telah meluncurkan Sputnik 1 (1957). Dari situlah sebenarnya NASA didirikan, tetapi sekarang NASA sendiri bergerak untuk eksplorasi sains. Itulah sebabnya, Neil sendiri mengatakan, mereka sulit mendapatkan dana eksplorasi karena para politikus tidak menemukan keuntungan militer dan politik dari eksplorasi sekarang ini.

Tapi yang pasti tidak mungkin NASA menipu karena sumber dana NASA sendiri berasal dari pemerintah Amerika Serikat. Kalau NASA menipu, pasti dari dulu sudah dihentikan oleh pemerintah AS sendiri.

Roket Tak Pernah Terbang Ke Atas

Mungkin buat kalian ini adalah alasan masuk akal bahwa NASA cuma berbohong, karena kenyataanya roket-roket NASA tidak pernah terbang lurus vertikal ke atas menembus langit. Calm down.. Santai.
Kenapa roket terbangnya melengkung? Kalau kalian perhatikan gambar-gambar yang ditampilkan di video, terlihat semua gambar penerbangan roket itu melengkung. Pernah bertanya kenapa melengkung? Ini alasannya:
Processed with VSCO with f2 preset
Buatku sendiri, ini justeru bukti paling benar kalau bumi itu bulat. Bumi itu bulat dan mengalami rotasi dan revolusi. Rotasi bumi membuat roket NASA terlihat terbang melengkung atau bahkan eksrimnya bisa kelihatan jatuh kembali. Ini karena Bumi berotasi, sehingga titik pengamatan kita semakin jauh dan jejak asap dari roket nasa terpengaruh oleh spherical atmosfer bumi yang berotasi sehingga membentuk lengkungan.

Jadi, ketika roket NASA telah terbang sangat tinggi, pengaruh gravitasi terhadap roket tersebut sudah tidak terlalu besar lagi, sehingga roket tidak terbawa oleh rotasi bumi, sedangkan kita yang berada di bawah masih terpengaruh rotasi bumi dan bergerak.
rpoket gabung
Perhatikan yang kiri, itu adalah peluncuran roket saat masih dekat, terlihat jelas vertikal ke atas, sedangkan yang disebelah kanan ialah peluncuran roket saat sudah sangat jauh sekali, terlihat melengkung. Tetapi dua gambar ini tidak sepenuhnya menjelaskan tentang beloknya lintasan roket, terkadang NASA meluncurkan roketnya dengan lintasan yang memang melengkung.
Tapi toh bumi kita bulat, kita bisa keluar angkasa dengan terbang ke atas, kesamping ataupun kebawah sekalipun. Kebetulan banget aku menemukan animasi dibawah ini, ini adalah lintasan roket yang dikirimkan ke Jupiter, roket ini bernama Juno. Ini lintasannya:
Juno launc
Lintasannya sama sekali tidak lurus
Sederhananya, kalau memang roket NASA nggak pernah melampaui LEO (Low Earth Orbit), maka kemana roketnya pergi? Pernah roket NASA jatuh didepan rumah mu? atau nyangkut di tiang listrik depan sekolahanmu? Oke. Sedikit lebih serius. Pernah lihat berita roket NASA jatuh di negara lain? Dari ratusan roket yang telah dikirimkan oleh NASA ke luar angkasa, kalau benar mereka tidak keluar angkasa maka setidaknya, ada 50% roket yang jatuh di bumi kembali. Tapi itu semua nggak akan ada, because this is a real deal!

Ngerti gimana cara pembuat video menggiring opini? :) Keren banget kan buat sebuah video propaganda.. Di artikel selanjutnya aku akan bahas tentang Galileo, Gravitasi Newton dan salah satu orang paling keren yaitu Nikola Tesla.




Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar