Seorang pensiunan Inggris yang menjadi teman dari beberapa pemerkosa dan pembunuh paling berbahaya di dunia yang menghadapi hukuman mati, telah memutuskan untuk menampilkan koleksi karya seni mereka di Inggris.
Maggie Allder (60) asal Winchester, telah menghabiskan sembilan tahun saling berkirim surat dan mengunjungi narapidana di Texas dan Arizona selama liburan musim panas, bahkan ia menghadiri salah satu eksekusi dari tahanan ini.
Maggie Allder terlihat berfoto dengan Karl Chamberlain yang dieksekusi pada tahun 2008 silam karena memperkosa serta membunuh seorang wanita
Pensiunan guru sekolah ini berkata bahwa ia menganggap para pembunuh, pemerkosa dan perampok sebagai temannya dan telah membangun sebuah koleksi karya seni yang mereka diciptakan di balik jeruji besi.
Begitu bangganya dengan karya seni mereka, Maggie berencana untuk memamerkan lukisan-lukisan tersebut di rumahnya pada akhir pekan ini.
Frank McCray (kiri atas) memperkosa dan membunuh seorang wanita pada 1987, namun menciptakan lukisan indian dengan menggunakan krayon yang dilelehkan (kanan atas dan bawah)
Maggie rencananya akan memamerkan lukisan dan sketsa yang dibuat oleh empat pembunuh, serta foto-foto dirinya bersama teman-temannya dan termasuk Karl Chamberlain, yang dieksekusi pada 2008 karena memperkosa dan membunuh seorang wanita.
“Aku mulai menulis untuk tahanan hukuman mati sembilan tahun lalu setelah melihat sebuah iklan di majalah Quaker yang meminta sahabat pena untuk narapidana,” katanya.
Scott Nordstrom (kiri) menggambar rel kereta api, dihukum pada tahun 1996 karena membunuh 6 orang dalam dua perampokan bersenjata
“Saya menjalin persahabatan dengan Karl Chamberlain, yang dihukum karena pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita muda dan dijatuhi hukuman mati di Texas sejak tahun 1997.” tutur Maggie.
Setelah beberapa kali saling berkirim surat, Maggie kemudian mulai mengunjungi Karl selama liburan musim panas dari pekerjaan mengajarnya.
Murray Hooper (kiri) dengan sketsa buatannya
“Kunjungan pertama saya terhadap Karl adalah hal yang paling menakutkan yang pernah saya lakukan.” ungkapnya.
Diketahui, Maggie secara teratur mengunjungi Karl, sampai pria tersebut di eksekusi pada usianya ke-37 tahun 2008 silam. Maggie yang juga menyaksikan eksekusi tersebut mengaku trauma dan tidak dapat tidur selama berminggu-minggu.
Semua lukisan dan sketsa lebih luar biasa ini dibuat dengan menggunakan benda kasar karena tahanan tidak diizinkan membawa benda-benda tertentu, untuk menghindarkan mereka menggunakannya sebagai senjata.
John Sansing (kiri) memperkosa serta membunuh seorang wanita saat isteri dan keempat anaknya berada dalam rumah
Para pembunuh dan pelaku kejahatan seks hanya diperbolehkan untuk menggunakan cat yang dibuat dari pensil warna yang dilelehkan.
Frank McCray yang melukis Indian, membunuh Chestene Cummins pada tahun 1987, setelah membobol rumahnya saat ia berkemas untuk liburan ke California. Ketika pacar korban tiba di rumah dari tempat kerja, ia menemukan Chestene terbaring di kamar tidur diperkosa, dipukuli dan dicekik sampai mati. McCray lolos dari penangkapan selama 13 tahun sampai ia tertangkap saat polisi menggunakan bukti DNA.
John Sansing, yang membuat sketsa malaikat melihat ke surga, menelepon gereja dan meminta pengiriman makanan amal, dengan niat untuk merampok sang pengirim makanan sehingga ia dan istrinya bisa membeli kokain. Ketika Trudy Calabrese mengantar makanan tersebut, Sansing kemudian mengikat tangan dan kakinya, memperkosanya dan kemudian menikamnya sampai tewas, sementara istri dan empat anaknya berada di rumah.
Murray Hooper, dengan sketsa seorang wanita dan dua anaknya, pada tahun 1987 pergi ke rumah Patrick Redmond di Phoenix dan merampoknya. Setelah mengambil perhiasan dan uang, para penyusup mengikat dan menembak masing-masing korban di kepala dan menggorok leher Redmond, namun ia berhasil selamat dan kemudian mengidentifikasi ketiga pembunuh.
Scott Nordstrom, yang menggambar rel kereta api, dihukum pada tahun 1996 karena membunuh 6 orang dalam dua perampokan bersenjata yang terpisah, termasuk mengeksekusi seorang korbannya karena menolak untuk membuka brankas.
“Saya menemukan bahwa cukup banyak tahanan Arizona yang berbakat pada seni. Mereka dikurung sepanjang hari dan tidak banyak yang mereka dapat lakukan. Mereka tidak diizinkan membawa pena karena dalam digunakan sebagai senjata, sehingga mereka hanya diberi tinta dan selebihnya mereka harus berimprovisasi.” jelas Maggie.
0 komentar:
Posting Komentar